Ilustrasi gambar Hari Kesehatan Dunia (Foto hasil tangkapan layar dari omegahospitals.com)
Oleh Silahudin
"Di lembar kalender
kehidupan, 7 April terukir sebagai pengingat: kesehatan adalah lentera yang
menerangi jalan, jangan biarkan ia meredup."
Betapa urgen dan mahalnya
kesehatan, sehingga dunia pun melalui wadah bernama World Healt Organization
(WHO) menetapkan Hari Kesehatan Sedunia pada tanggal 7 April.
Tanggal 7 April 1948, adalah
dimana WHO resmi didirikan atau dibentuk. WHO dibentuk oleh Badan Perserikan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani persoalan atau isu-isu kesehatan dunia
(global).
Hari Kesehatan Sedunia,
pertama kali diperingati pada tahun 1950, sebagai tonggak sejarah bahwa
kesehatan menjadi sangat penting yang harus dijaga dan dipelihara dalam
meningkatkan kesadaran dan pemahanan tentang isu-isu kesehatan yang dihadapi
dunia.
WHO sebagai organisasi kesehatan
dunia di bawah naungan Perserikan Bangsa-Bangsa, menginisiasi bertujuan untuk
mengajak negara-negara, pemerintah, organisasi, dan masyarakat di seluruh
negara atau dunia mengambil tindakan dan mempromosikan bahwa kesehatan dan
kesejahteraan bagi semua.
Sejalan dengan tanggal 7 April
sebagai Hari Kesehatan Sedunia, penting diingat dan diperingati sebagai bahan
renungan kita semua, dan betapa pentingnya kesehatan.
Tujuan utamanya dalam
memperingati Hari Kesehatan Dunia tiada lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memperhatikan pentingnya hidup sehat, mendorong tindakan pemerintah lebih
sungguh-sungguh, dan serius memperbaiki sistem pelayanan kesehatan sebagai
pelayanan minimal negara (pemerintah) kepada rakyat, dan selain itu juga,
dengan Hari Kesehatan Sedunia, adanya kolaborasi yang dilakukan negara-negara
di dunia dalam menghadapi isu-isu atau persoalan kesehatan global, seperti
perubahan iklim, kemiskinan, dan pandemi.
Pada peringatan Hari Kesehatan
Sedunia, 7 April 2025 bertema: “Healthy Beginnings, Hopeful Futures”
dalam Bahasa Indonesianya “Awal yang sehat, masa depan yang penuh harapan.”
Tema ini, menjadi penting dimaknai
dan dipahami dimana kesehatan dan kesejahteraan sejak dini merupakan fondasi
krusial untuk pementingan masa depan yang lebih baik.
Kondisi kesehatan dunia dan
Indonesia
Memang, secara umum atau
global, bahwa adanya peningkatan yang signifikan dalam harapan hidup dan
penurunan angka kematian anak beberapa dekade terakhir.
Berdasarkan data WHO World
Health Statistics 2024, harapan hidup global sejak lahir meningkat, rata-rata
mencapai angka di atas 73 tahun pada tahun 2021. Akan tetapi, antar wilayah dan
negara, memang terdapat berbedaan.
Angka kematian anak di bawah
usia 5 tahun, menurun secara drastic sejak tahun 1990, walau demikian, masih
terdapat jutaan kematian yang dapat dicegah dalam setiap tahunnya, utamanya di
negara-negara berpenghasilan rendah.
Tantangan persoalan kesehatan
cukup kompleks dan beragam, baik penyakit tidak menular (PTM), seperti penyakit
struke, jantung, kanker, diabetes, dan penyakit-penyakit pernapasan kronis
masih tinggi menjadi penyebab utama kematian, termasuk pula disabilitas di
seluruh dunia. Berdasarkan data WHO, PTM ini sekitar 74 persen dari seluruh
kematian global, faktor-faktornya di antaranya kurangnya aktivitas fisik, diet
yang tidak sehat, dan penggunaan alcohol berbahaya, termasuk merokok.
Selain itu juga, persoalan
penyakit menular yang ada maupun yang mungkin muncul, dan resistensi
antimikroba (AMR), serta dampak-dampak perubahan iklim atas kesehatan, tentu
harus menjadi perhatian.
Memang, kemajuan telah dicapai
dalam memerangi penyakit-penyakit menular seperti HIV/AIDS, termasuk
tuberculosis, dan malaria. Akan tetapi menurut WHO penyakit-penyakit ini masih
juga menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan, terutama di negara-negara
berpenghasilan renda. Termasuk Pandemi COVID-19 menunjukkan kerentanan global
atas ancaman penyakit menular baru.
Adanya kesenjangan atau ketidaksetaraan
kesehatan menjadi isu krusial di dunia, dalam mana akses layanan kesehatan, dan
hasil kesehatan sangat beragam antar negara dan di dalam negara berdasarkan
faktor sosial ekonomi, geografis, dan lain sejenisnya. Bahkan WHO juga
mengungkapkan persoalan gangguan kesehatan mental. Gangguan Kesehatan mental
ini, seperti kesemasan dan depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di seluruh dunia yang
mempengaruhi jutaan orang dari segala usia.
Memang, ada kemajuan
peningkatan Kesehatan, akan tetapi secara global universal health coverage (UHC),
masih jauh semua orang memiliki akses ke layanan Kesehatan yang
berkualitas, dan tanpa mengalami kesulitan keuangan. Menurut WHO jutaan orang
maish tidak memiliki akses ke layanan Kesehatan esensial.
Adapun gambaran Kesehatan di
Indonesia, pada hakikatnya telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam
beberapa indikator Kesehatan. Seperti penurunan angka kematian bayi, dan
peningkatan harapan hidup. Berdasarkan data WHO tahun 2021, bahwa harapan hidup
di Indonesia terus meningkat, mencapai sekitar 63,3 persen, dan angka kematian
bayi dan bali telah menurun, kendati masih lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Kendati demikian, Indonesia
masih menghadapi tantangan kesehatan yang besar, yaitu di antaranya penyakit
tidak menular (PTM) yang merupakan salah satu penyebab kematian karena stroke,
penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Sedangkan penyakit menular, Negara
Indonesia juga masih terus bergulat, seperti tuberculosis/TBC sebagai salah
satu tertinggi di dunia, HIV/AIDS (dengan prevalensi yang meningkat di beberapa
kelompok populasi), demam berdarah dengue (DBD), dan penyakit tropis terabaikan
lainnya.
Tantangan lainnya juga yang
masih dihadapi Indonesia adalah angka kematian ibu (AKI) masih relative tinggi
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Bahkan, WHO mencatat angka
kematian ibu (AKI) Indonesia sekitar 173 per 100.000 kelahiran hidup (data bisa
bervariasi atas sumber dan tahun).
Isu stunting pun yang
belakangan ini terus mengemukan menjadi bagian tantangan Indonesia dalam
mengatasinya. Data Susenas 2023, menunjukkan angka stunting sekitar 21,6
persen. Prevalensi stunting, pada anak balita masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan di Indonesia, dan upaya penurunannya terus dilakukan.
Selain itu, persoalan akses
layanan kesehatan masih juga menjadi tantangan, utamanya di daerah-daerah
terpencil dan kepulauan, karena persoalan geografis, kurangnya infrastruktur,
dan tenaga kesehatan.
Dalam tantangan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ini juga merupakan hal yang penting. Cakupan atau
ruang lingkupnya yang mesti diperluas, termasuk juga dalam implementasi dan
kualitas layanannnya harus menjadi fokus perhatiannya.
Aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan
Memang, tidak bisa dihindari
juga, bahwa aspek-aspek seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan mempengaruhi
terhadap kualitas kesehatan.
Pada aspek sosial, interaksi
dan kondisi kehidupan dalam masyarakat secara sadar atau tidak bisa
mempengaruhi terhadap Kesehatan individu dan kelompok. Persoalan status sosial
ekonomi dengan tingkat pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh atas
akses sumber daya penting, seperti makanan bergizi, perumahan yang layak,
layanan Kesehatan yang berkualitas, termasuk
informasi kesehatan.
Kemudian, jaringan sosial dan
dukungan emosial, dan partisipasi dalam komunitas memberikan dampak positif
pada Kesehatan mental dan fisik. Adanya alienasi atau isolasi sosial dapat
meningkatkan risiko ragam masalah kesehatan.
Di samping itu juga, soal
budaya dan norma sosial, seperti praktik-praktik budaya terkait makanan, gaya
hidup, kepercayaan tentang Kesehatan, dan norma sosial perilaku sehat atau
tidak sehat dapat pula memiliki pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Aspek ekonomi baik langsung
maupun tidak langsung, dapat juga mempengaruhi kesehatan masyarakat. Kemiskinan
dan ketidakamanan ekonomi, karena akibat kekurangan sumber daya finansial, maka
hal ini berdampak terbatasnya makanan bergizi, perumahan yang aman, air bersih
dan sanitasi yang layak, serta layanan kesehatan. Sehingga dengan demikian,
membawa dampak dalam kehidupannya menjadi stress, yang berdampak buruk pada
kesehatan mental dan fisik. Persoalan lapangan kerja atau pekerjaan, tentu saja
sebagai tuntutan dalam memenuhi kehidupan sehari-hari, dan pengangguran dapat
berdampak negative pada Kesehatan mental.
Jadi, sistem ekonomi suatu
negara, langsung atau tidak langsung berpengaruh atas layanan Kesehatan yang
perlu didanai, dan didistirbusikan. Sehingga akses yang tidak merata akibat
biaya layanan yang tinggdi dapat menjadi hambatan bagi Kesehatan.
Kemudian, kenaikan kenaikan
harga kebutuhan pokok, terutama pangan bergizi, mempersulit masyarakat
berpenghasilan rendah untuk menjaga pola makan sehat. Termasuk juga globalisasi
ekonomi. Dengan perdagangan bebas dan investasi lintas negara, bisa
berkontribusi mempengaruhi Kesehatan lewat perubahan pola konsumsi, penyebaran
penyakit, dan standar kesehatan dan keselamatan.
Aspek lingkungan seperti
polusi udara, air, tanah, dan sanitasi dan air bersih, peruamahan dan kondisi
hidup, bencana alam, paparan bahan kimia
dan radiasi serta perubahan iklim di sekitar lingkungan kita, juga memiliki
dampak langsung atau tidak langusng pada kesehatan.
Interrelasi berbagai aspek
sangat penting dalam upaya mengatasi akar permasalahan kesehatan untuk
menciptakan masyarakat yang sehat dan adil. Itu sebabnya, ikhtiar kesehatan masyarakat
tentu membutuhkan pendekatan lintas sektor (kholistik).
Kesehatan holistik melampaui
definisi konvensional yang hanya melihat kesehatan sebagai tidak adanya penyakit
atau kelemahan fisik semata. Pendekatan ini memahami bahwa kesehatan yang
sejati dan optimal melibatkan keseimbangan dan keterhubungan yang dinamis
antara berbagai dimensi kehidupan manusia.
Dengan demikian, kesehatan
holistik menekankan bahwa kesejahteraan sejati adalah keadaan dinamis yang
melibatkan harmoni antara tubuh, pikiran, dan hubungan sosial. Upaya untuk
meningkatkan kesehatan harus mempertimbangkan semua aspek ini, bukan hanya
sekadar mengatasi gejala penyakit yang muncul.
Dengan individu yang
bertanggung jawab atas kesehatannya dan komunitas yang aktif menciptakan
lingkungan yang mendukung, kesehatan secara keseluruhan dapat meningkat secara
signifikan. Sinergi antara peran individu dan komunitas adalah kunci untuk
mencapai masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
Investasi dalam kesehatan
bukan hanya merupakan kewajiban moral pemerintah, tetapi juga merupakan
investasi strategis yang krusial bagi pembangunan negara bangsa secara
keseluruhan.
Masa depan kesehatan yang penuh harapan bukanlah utopia, melainkan hasil dari tindakan nyata yang kita lakukan bersama dewasa ini. Karenanya, setiap individu, setiap komunitas, setiap organisasi memiliki peran penting dalam mewujudkan visi kesehatan yang lebih baik bagi semua. Dengan kolaborasi, inovasi, dan komitmen yang berkelanjutan, kita dapat membangun masa depan di mana kesehatan menjadi hak yang terwujud bagi setiap insan.
Catatan penutup
Peringatan Hari Kesehatan
Dunia ini (7 April), mesti menjadi resonansi melodi harapan yang kita gaungkan
melalui "Simfoni Kehidupan yang Sehat", tidak berhenti menggema. Karenanya,
Kesehatan layaknya harmoni dalam sebuah orkestra, bukanlah sekadar absennya
disonansi penyakit, melainkan paduan indah antara kebugaran raga, ketenangan
jiwa, dan kehangatan interaksi sosial.
Panggung pergaulan kehidupan mesti
milik bersama, sehingga setiap individu, pemain yang memiliki peran penting
dalam menciptakan simfoni kesehatan yang agung.
Seperti tindakan kecil yang
dilakukan setiap hari, memilah dan memilih sampah, memilih nutrisi yang
menyehatkan, menggerakkan tubuh dengan sukacita, menjaga kesehatan mental
dengan penuh kesadaran, dan merajut jalinan sosial yang suportif, dan indah, adalah
“nada-nada” atau “not-not” yang membangun melodi harapan tersebut.
Akan tetapi, simfoni tersebut tidak
dapat dimainkan sendiri. Kolaborasi dan orkestrasi dari berbagai pihak sangat
dibutuhkan. Pemerintah dengan kebijakan yang berpihak pada kesehatan, komunitas
dengan solidaritas dan kepeduliannya, tenaga kesehatan sebagai konduktor yang
membimbing, serta setiap individu sebagai pemain yang sadar akan perannya.
Dengan Hari Kesehatan Dunia
menjadi momentum untuk merefleksikan, menginspirasi, dan menggerakkan kita
semua. Semangat hari kesehatan dunia pada tanggal 7 April, jadikan komitmen berkesinambungan
untuk memelihara kesehatan diri, sesama, dan lingkungan.
Dengan demikian, "Simfoni
Kehidupan yang Sehat" tidak hanya menjadi melodi harapan di panggung Hari
Kesehatan Dunia, akan tetapi, menjadi kenyataan yang kita nikmati bersama dalam
setiap detik kehidupan.
Ayo, kita terus memainkan
peran dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, sebab kesehatan yang lestari merupakan
warisan terindah yang dapat kita ukir dalam sejarah kehidupan bangsa dan dunia.
Semoga!
*Penulis, Dosen FISIP
Universitas Nurtanio
Sumber: resensinews.id
Berkomentar secara akademis lah, hindari ujaran kebencian dan kata yang tidak pantas, utamakan kalimat akademis !
0 Comments